Trigger Eps 9: Metode Microearthquake (MEQ)
Studi tentang Microearthquake pertama kali dimulai dengan diperkenalkannya Skala Magnitudo gempa bumi oleh CF Richter pada tahun 1935, dan dengan ditemukannya hubungan frekuensi-magnitudo gempa oleh B. Gutenberg dan CF Richter pada tahun 1941 (hubungan serupa antara jejak amplitudo maksimum dan frekuensi kejadian gempa ditemukan oleh M. Ishimoto dan K . Iida pada tahun 1939).
Klasifikasi gempa bumi berdasarkan magnitudonya dapat digolongkan menjadi:
Tabel 1. Klasifikasi gempa berdasarkan magnitudo (Hagiwara dalam Lee dan Stewart, 1981)
Berdasarkan namanya, Microearthquake (MEQ) adalah gempa yang terjadi pada rentang 1–3 Magnitudo. Sehingga MEQ merupakan salah satu metode di dalam geofisika dengan memanfaatkan aktivitas kegempaan untuk mengetahui kondisi yang berlangsung di bawah permukaan.
Konsep pengukuran dalam metode MEQ hampir sama dengan metode seismik, hanya saja MEQ merupakan metode pasif. Pengukurannya dilakukan dengan tujuan untuk menangkap gelombang getar yang berasal dari sumber getar atau sumber gempa hanya saja melihat dari sumber yang ditangkap. Secara sederhana metode ini akan merekam sinyal yang akan dibaca sebagai event-event seismik (gempa mikro) yang ada di suatu tempat.

Pengolahan Data MEQ
Output dari metode ini adalah penentuan lokasi gempa. Lokasi gempa memerlukan perhitungan komputasi dari travel time antara sumber dengan stasiun melalui koreksi lokasi. Lokasi hiposenter didapatkan melalui komputasi dari model gempa. Model gempa yang digunakan merupakan model gempa dengan struktur bumi yang mirip dengan struktur aslinya. Solusi dalam pemodelan struktur bumi didapatkan dari meminimalisir root mean square (RMS) residual.
Data hasil pengambilan di lapangan dengan gempa mikro dapat merekam dalam periode yang cukup lama, sehingga jumlah data yang dihasilkan dapat mencapai ratusan bahkan ribuan. Oleh sebab itu, dalam pengolahan data untuk memperbaiki rekaman dan mendapatkan data yang lebih jelas dapat dilakukan SED dan JHD. Adapun Single Event Determination (SED) dapat memperbaiki lokasi dengan model kecepatan 1-D, sedangkan metode Joint Hypocenter Determination (JHD) metode dapat menginversi waktu tempuh secara simultan serta menghasilkan koreksi stasiun oleh adanya kesalahan akibat model kecepatan 1-D (Fitrianna dan Harmoko, 2016).
Pengaplikasian Metode MEQ
Penggunaan metode ini banyak digunakan dalam survei resiko bencana pada wilayah sesar aktif, serta investigasi kerak dan struktur interior bumi (seperti kerak dan mantel), dengan mengindentifikasi gempa kecil dengan skala magnitudo ± ≤ 3 dan durasi kurang dari 5 detik (Febyani, dkk., 2020). Akan tetapi, pemanfaatan monitoring MEQ tidak hanya digunakan untuk menentukan posisi dan keaktifan suatu sesar. Aktivitas vulkanik, baik pada gunung api yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif juga sering berasosiasi dengan terjadinya gempa mikro.
Keberadaan formasi batuan yang memiliki zona lemah fracture diikuti peristiwa deformasi massa bisa menjadi penyebab dari MEQ. Keberadaan fracture tersebut meningkatkan nilai porositas formasi batuan yang akan mendorong pergerakan fluida panas bumi (Nabila, 2019). Oleh karena itu, selain dapat digunakan untuk menentukan jalur sesar, pemantauan gempa mikro juga dapat digunakan untuk eksplorasi panas bumi dengan meneliti retakan berpotensi (sesar aktif) yang mempunyai permeabilitas dan porositas tinggi dan dapat membantu menentukan posisi bor.
Source
Febyani, S., dkk. 2020. Analisis Kerentanan Gempa pada Jalur Sesar Baribis Menggunakan Metode Microearthquake (MEQ). Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY. Vol. 18, No. 1. 1-12
Halim, G. R., dkk. 2020. Uji Lokasi Hiposenter Mikro-Earthquake (MEQ) dengan Metode Inversi Simulated Annealing Pada Lapangan Panas Bumi “XX”. Jurnal Geosaintek. Vol. 6, No. 2, 71-76
Idat, F. C., dan U. Harmoko. 2016. Relokasi Hiposenter Gempa Mikro dengan Metode SED dan JHD sebagai Analisis Reservoar Area Panas Bumi-X. Youngster Physics Journal. Vol. 5 No. 3. 97-104
Lee, W. H. K., dan S. W. Stewart. 1981. Principles and Applications of Microearthquake Networks. Academic Press, Inc.: New York.
Nabila, A. 2019. Pengolahan Data Monitoring Mikroseismik Pengaruh Perubahan Model Kecepatan Terhadap Identifikasi Hiposenter Gempa Mikro Studi Kasus: Lapangan Panasbumi “X”. Laporan Kerja Praktik. 16 Agustus. Jakarta