Trigger Eps 11 “Jelajah Geowisata : Indonesia Ternyata Megageodiversity”

Megageodiversity
Letak Negara Indonesia secara geografis sangat istimewa sehingga membuat Indonesia menjadi negara yang menyandang berbagai julukan. Misalnya saja seperti biodiversity, maritim, negeri seribu pulau, negeri seribu candi, paru-paru dunia bahkan zamrud khatulistiwa. Namun, perlu diketahui bahwa dalam aspek kegeofisikaan, ternyata Indonesia juga menyandang julukan negara megageodiversity (Hermawan dan Brahmanto, 2018). Julukan ini muncul seiring dengan banyaknya dan terus bertambahnya kekayaan geologi yang dimiliki Indonesia. Sehingga dari keanekaragaman inilah, Indonesia memiliki potensi geowisata yang strategis.
Geowisata
Istilah geowisata di Indonesia diperkenalkan dalam seminar nasional tentang geowisata, pada tahun 1990 sebagai kegiatan pariwisata yang memanfaatkan seluruh aspek geologi yang ada (Dirgantara, 2012). Namun dalam perkembangannya, geowisata saat ini masih belum terlalu mendapat perhatian khusus untuk pengembangan lebih lanjut. Padahal, geowisata bisa menjadi potensi tinggi untuk sumber devisa negara. Jika diperhatikan lebih lanjut, banyak fenomena geologi yang memiliki nilai, eksotisme, keunikan dan memberikan rasa ketertarikan bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Fenomena geologis tersebut diantaranya :
- Struktur geologi, struktur geologi merupakan bangunan alam nonhayati baik di bawah maupun diatas permukaan bumi yang dibangun oleh tenaga yang bekerja di dalam dan di atas permukaan bumi.
Kaldera pada danau toba sebagai contoh kekayaan struktur geologi Indonesia
- Stratigrafi, stratigrafi merupakan lapisan batuan dengan segala macam jenis batuan, struktur, sifat dan gejala yang ditimbulkan berdasarkan gambaran perlapisannya. Stratigrafi terkadang menjadi fenomena geologi yang sangat menarik dan unik.
Keindahan daya tarik stratigrafi di Green Canyon Pangandaran, Jawa Barat - Topografi merupakan bentukan dari bentang alam. Secara ilmu geologi, topografi dibentuk oleh tenaga endogen dan eksogen dan oleh karena itu topografi selalu berubah.
Topografi pada Pegunungan Kars - Kandungan mineral di dalam perut bumi juga mampu menjadi daya tarik geowisata yang bernilai edukatif dan sangat menarik untuk dipelajari, baik namanya, sejarah dan proses terbentuknya, sifat dan unsur-unsur kimianya, beserta kegunaannya dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Untuk menilai kelayakan daerah geowisata, maka terdapat parameter-parameter yang diukur berdasarkan indikator penilaian potensi untuk geowisata dan indikator kelayakan dan kesiapan geowisata. Adapun parameter yang digunakan untuk menilai indikator penilaian potensi geowisata antara lain (Guskarnali, dkk., 2019) :
- Parameter A yang terdiri dari integritas, kelangkaan (Jumlah situs yang memiliki kesamaan), diversitas dan nilai e
- Parameter B yang terdiri dari kejelasan/ tingkat representatif dari proses pada situs, percontohan dan kegunaan situs, kehadiran produk edukasi, dan kegunaan aktual dari situs sebagai geowisata.
- Parameter C yang terdiri dari aksesibilitas, ketersediaan infrastruktur turis, produk lokal.
- Parameter D yang terdiri dari bahaya dan resiko aktual dari situs, potensi ancaman dan resiko bahaya, status dari situs, perlindungan legislatif.
- Parameter E yang terdiri dari kesediaan nilai budaya, nilai ekologi, dan nilai estetika: banyak warna; struktur ruang/ pola, ketersediaan titik pandang.
Sedangkan indikator kelayakan dan kesiapan dinilai berdasarkan, antara lain:
Peran geofisikawan dalam geowisata
Sebagai geofisikawan, pengkajian tentang geowisata adalah hal yang tergolong sangat perlu untuk dilakukan. Mengingat bahwa mengkaji objek geologi tidak sembarangan dilakukan. Perlu ada kajian khusus, disinilah pentingnya peran geofisikawan dalam konservasi harus ditumbuhkan, baik konservasi dalam geowisata maupun konservasi singkapan yang memiliki nilai yang luar biasa bagi pembelajaran kebumian ataupun yang nantinya digunakan sebagai kegiatan wisata berbasis kebumian. Selain itu, dengan mengkaji tentang geowisata nilai tambah yang didapatkan adalah peningkatan bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal dan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan (Nainggolan, 2016).
Source :
Dirgantara, A. R. (2012). Peran Interpreter dalam Kegiatan Geowisata: Studi Kasus Gunung Tangkuban Perahu. Retrieved from www.academia.edu
Guskarnali., Irvani., Delita E.A., Ririn A., (2019). Kajian Potensi Air Terjun Penyaber sebagai Objek Geowisata Desa Keposang-Toboali. Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Pada Masyarakat.
Hermawan, H., & Brahmanto, E. (2018). GEOWISATA : Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi. Jawa Tengah: Jawa Tengah: PT Nasya Expanding Management.
Nainggolan, R. (2016b). Informasi Geologi Lingkungan Berbasis Partisipasi Masyarakat sebagai Kawasan Geowisata Danau Toba di Kabupaten Samosir. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 1(1), 22–28.