-

: secretariat@hmgi.or.id 085839797610 Gedung A FMIPA UI, Kampus UI Depok, Depok 16424
HMGI
SHARE :

GEOTRIVIA #1



GEOTRIVIA #1

Heritage Technology: Marine Geophysics Geofisika dan Misteri Bawah Laut

Arkeologi Bawah Laut (ABA) adalah semua jejak keberadaan manusia yang memiliki karakter budaya, sejarah atau arkeolog yang berada di bawah air secara sebagian atau keseluruhan baik secara periodik atau terus menerus selama paling tidak 100 tahun (UNESCO, 2021).

Kapal Kuno Peninggalan Dinasti Ottoman (Foto: Daily Sabah)

Marine Geophysics adalah disiplin ilmu yang menggunakan pengamatan kuantitatif sifat fisik untuk memahami geologi dasar laut dan bawah laut. Sejak tahun 1960-an, dikembangkan peralatan, seperti GLORIA (Blondel dan Murton, 1997) dan banyak tekhnologi lainnya untuk pemetaan laut dalam. Geofisika resolusi tinggipun semakin banyak digunakan dalam survei dan manajemen dari situs warisan arkeologi terendam.

Multibeam Sonar Bathymetry (Sumber: NOAA Exploration)

Salah satu topik penting dalam arkeologi bawah laut adalah analisis Bathymetry terperinci. Data bathymetry memberikan informasi tentang medan dan kedalaman laut yang digunakan untuk memetakann dasar laut. Data ini diperoleh menggunakan Multybeam Echosounder yang dilampirkan di bawah kapal dan memancarkan seperti kipas suara akuistik atau yang dikenal dengan ping. Waktu yang diperlukan untuk pejalanan dasar laut dan kembali lagi dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman dasar laut.

Sonar multibeam menggunakan kombinasi kontrol perangkat keras dan perangkat lunak dari beberapa transduser. Hal ini untuk menghasilkan sejumlah sinyal sonar, atau pancaran, yang merambat dari kepala sonar dalam sebuah kipas, sehingga merekam pengukuran bhatymetry dan amplitudo yang mirip dengan pemindaian sisi bhatymetry (Keeton dan Searle, 1996). Sebagian besar sistem multibeam dipasang dan memiliki cakupan yang serupa lebar petak ke Side Scan Bhatymetry. Pemeruman dengan menggunakan Multibeam Echosounder akan menghasilkan data yang lebih detil karena tidak ada dasar perairan yang terlewatkan dari sapuan beam, dengan kerapatan beam yang rapat akan menghasilkan pemodelan dasar perairan yang sebenarnya, sehingga lebih efektif digunakan dalam pemeruman di area survei yang cukup luas.

Referensi

Bionde, P., Murton, B.J., 1997. Handbook of Seafloow Sonar Imagery, Wiley, New York, 314p.

Gisgeography.com. 03 2022. Mapping tge Ocean Floor: Water Bathymetry Data. Diakses pada 15 Agustus 2022 dari https://gisgeography.com/mapping-the-ocean-floor-water-bathymetry-data/

Keeton, K.A., Searle, R.C., 1996. Analysis of Simrad EM12 multibeam bathymetry and acoustic backstar for seafloow mapping. Marine Geophysics Researces, 19.

Lawrence, M., Oxley, I., & Bates, C. R. (2004, February). Geophysical techniques for maritime archeological surveys. In 17th EEGS Symposium on the Application of Geophysics to Engineering and Environmental Problems (pp. cp-186). European Association of Geoscientists & Engineers.

Wessexarchaeology. 2022. Heritage Technology: Marine Geophysics. Youtube. https://youtu.be/FZKVUEs45Ys.

GEOTRIVIA #1



Heritage Technology: Marine Geophysics Geofisika dan Misteri Bawah Laut

Arkeologi Bawah Laut (ABA) adalah semua jejak keberadaan manusia yang memiliki karakter budaya, sejarah atau arkeolog yang berada di bawah air secara sebagian atau keseluruhan baik secara periodik atau terus menerus selama paling tidak 100 tahun (UNESCO, 2021).

Kapal Kuno Peninggalan Dinasti Ottoman (Foto: Daily Sabah)

Marine Geophysics adalah disiplin ilmu yang menggunakan pengamatan kuantitatif sifat fisik untuk memahami geologi dasar laut dan bawah laut. Sejak tahun 1960-an, dikembangkan peralatan, seperti GLORIA (Blondel dan Murton, 1997) dan banyak tekhnologi lainnya untuk pemetaan laut dalam. Geofisika resolusi tinggipun semakin banyak digunakan dalam survei dan manajemen dari situs warisan arkeologi terendam.

Multibeam Sonar Bathymetry (Sumber: NOAA Exploration)

Salah satu topik penting dalam arkeologi bawah laut adalah analisis Bathymetry terperinci. Data bathymetry memberikan informasi tentang medan dan kedalaman laut yang digunakan untuk memetakann dasar laut. Data ini diperoleh menggunakan Multybeam Echosounder yang dilampirkan di bawah kapal dan memancarkan seperti kipas suara akuistik atau yang dikenal dengan ping. Waktu yang diperlukan untuk pejalanan dasar laut dan kembali lagi dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman dasar laut.

Sonar multibeam menggunakan kombinasi kontrol perangkat keras dan perangkat lunak dari beberapa transduser. Hal ini untuk menghasilkan sejumlah sinyal sonar, atau pancaran, yang merambat dari kepala sonar dalam sebuah kipas, sehingga merekam pengukuran bhatymetry dan amplitudo yang mirip dengan pemindaian sisi bhatymetry (Keeton dan Searle, 1996). Sebagian besar sistem multibeam dipasang dan memiliki cakupan yang serupa lebar petak ke Side Scan Bhatymetry. Pemeruman dengan menggunakan Multibeam Echosounder akan menghasilkan data yang lebih detil karena tidak ada dasar perairan yang terlewatkan dari sapuan beam, dengan kerapatan beam yang rapat akan menghasilkan pemodelan dasar perairan yang sebenarnya, sehingga lebih efektif digunakan dalam pemeruman di area survei yang cukup luas.

Referensi

Bionde, P., Murton, B.J., 1997. Handbook of Seafloow Sonar Imagery, Wiley, New York, 314p.

Gisgeography.com. 03 2022. Mapping tge Ocean Floor: Water Bathymetry Data. Diakses pada 15 Agustus 2022 dari https://gisgeography.com/mapping-the-ocean-floor-water-bathymetry-data/

Keeton, K.A., Searle, R.C., 1996. Analysis of Simrad EM12 multibeam bathymetry and acoustic backstar for seafloow mapping. Marine Geophysics Researces, 19.

Lawrence, M., Oxley, I., & Bates, C. R. (2004, February). Geophysical techniques for maritime archeological surveys. In 17th EEGS Symposium on the Application of Geophysics to Engineering and Environmental Problems (pp. cp-186). European Association of Geoscientists & Engineers.

Wessexarchaeology. 2022. Heritage Technology: Marine Geophysics. Youtube. https://youtu.be/FZKVUEs45Ys.